Ketika mereka geger bersuka ria,
aku terhidu kebencian dibalik dewan itu,
iringan seksofon melewati ruang waktu,
mengulit nafsu yang mampu berereksi,
bersama pari pari kayangan
aku melihat jarum minit menongkah arus,
perlahan kekadang kaku
tersurut kebelakang kekadang maju kedepan,
aku terus;
menghamba telinga,
mengabdi mata,
merela mulut terkunci,
memalsu kehendak hati,
memati gerak diri,
membiar mereka terus terperangkap di sini,
biarkan mereka,
Andainya cahaya tungsten secerah sinar mentari,
akanku tinggalkan gelap malam
yang berteman mimpi-mimpi basah
bersama mereka perempuan jalang,
No comments:
Post a Comment